Pendidikan
anak itu tanggung jawab orangtua. Saya kira tidak ada yang menyangkal pandangan
ini. Lalu, apa peran sekolah? Sekolah, bagi saya, hanyalah institusi yang
membantu setiap orangtua dalam mendidik anak. Peran orangtua tetap yang utama.
Jangan sampai terbalik, seolah sekolah memegang peran utama, sehingga orang tua
bisa lepas tangan kalau sudah memasukkan anak ke sekolah. Artinya, bila tidak ada sekolah yang baik, atau sekolah yang ada tidak
memuaskan, orangtua sebenarnya harus mengisi kekurangan itu dengan peran
mereka. Dengan prinsip itu maka ada sejumlah orang tua yang memilih untuk tidak
menyekolahkan anak ke sekolah formal, cukup menempuh pendidikan dengan
cara homeschooling.
Homeschooling dapat membantu anak-anak untuk memahami dengan lebih baik,
ketika mereka masih kesulitan memahami materi yang diajarkan di sekolah. Ada
bagian yang saya luruskan, ketika konsep yang diajarkan guru-guru menurut saya
keliru. Ada pula bagian yang saya tambahkan, untuk pengayaan terhadap materi
yang sudah diajarkan.
Itulah yang harus dilakukan oleh orangtua. Bila sekolah sudah cukup memenuhi kebutuhan anak kita, maka kita tinggal memperkayanya. Tapi ketika sekolah kita anggap tidak memadai, maka kita harus melengkapinya. Bila diperlukan, kita harus mengambil peran utama dalam pengajaran materi-materi akademik itu. Bagi banyak orang, mendidik anak itu
adalah memasukkan mereka ke sekolah. Pendidikan yang baik artinya memasukkan
anak-anak ke sekolah yang baik, atau dikenal dengan sekolah favorit. Maka,
orangtua rela menitipkan anaknya ke tempat lain, agar mereka mendapat
pendidikan yang baik, alias mendapat sekolah yang baik.
Pendidikan anak tentu bukan hanya soal materi akademik. Materi pelajaran itu sesungguhnya hanya bagian yang sangat kecil dari seluruh komponen pendidikan anak-anak kita. Yang lebih penting dari itu adalah pembentukan karakter, seperti gigih dan tangguh, tertib, bersih, hormat dan menghargai orang lain, dan sebagainya. Sebagian dari kebutuhan itu tentu saja bisa kita harapkan dipenuhi oleh sekolah. Tapi sekali lagi, peran terbesar dalam pembentukannya harus ada pada orangtua.Porsi terbesar dalam pendidikan anak sebenarnya tidak melalui proses pengajaran, tapi melalui interaksi. Kita berinteraksi dengan anak setiap hari, dari situ kita menanamkan nilai-nilai. Interaksi itu dimulai dari sapaan, sentuhan, dan berbagai aktivitas yang kita lakukan bersama. Pembangunan karakter tadi tidak bisa hanya melalui nasihat verbal saja. Karena itu, interaksi adalah pusat dalam pendidikan anak kita. Nah, ketika anak-anak justru kita jauhkan dari kita, bukankah itu menghilangkan komponen terbesar tadi?
Banyak orangtua berdalih bahwa mereka tidak mampu melakukan itu semua. Kalau tidak mampu, artinya Anda merasa tidak mampu mendidik anak bukan? Lalu, kenapa punya anak? Dalam banyak kasus, para orangtua itu bukan tidak mampu, tapi tidak tahu atau tidak sadar. Mereka mengira pendidikan identik dengan sekolah. Yang sudah tahu, tidak punya cukup keinginan untuk melaksanakannya. Yang tidak mampu, tidak punya keinginan belajar, agar menjadi mampu. Ya, setiap orang perlu belajar untuk menjadi orangtua. Menjadi orangtua bukan sekadar memenuhi hasrat seksual, yang akibat biologisnya adalah punya anak. Juga bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan psikologis, menikmati interaksi dengan anak hanya pada bagian yang kita sukai saja. Juga bukan untuk memenuhi kebutuhan sosial, punya anak karena orang lain punya anak. Saat anak sudah hadir di kandungan, pasangan orang tua harus tahu bagaimana ia harus diperlakukan. Salah perlakuan bisa membuat bayi tadi terancam jiwanya, atau lahir cacat. Saat bayi sudah lahir, maka orangtua harus tahu bagaimana cara merawatnya. Perawatan diperlukan tidak hanya untuk fisik saja, tapi juga untuk kebutuhan psikisnya. Demikian pula seterusnya. Orangtua tidak boleh berhenti belajar, guna memenuhi kebutuhan untuk mendidik anak-anaknya.
Nah, banyak orangtua enggan melakukan itu. Makin besar anak tumbuh, makin
kompleks kebutuhan pendidikannya. Artinya, makin kompleks hal-hal yang harus
dipelajari. Guna mendorong anak saya agar tertarik belajar program komputer,
saya harus belajar ulang tentang dasar-dasar pemrograman, misalnya. Kita harus
terus belajar, karena kebutuhan anak kita yang sangat dinamis. Jadi, sebenarnya
tidak ada istilah tidak bisa dalam mendidik anak kita sendiri. Yang ada
hanyalah tidak mau. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsanganpendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 6 (enam) perkembangan: agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini seperti yang tercantum dalam Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD (menggantikan Permendiknas 58 tahun 2009).Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu:
·Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaituanakyang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
·Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun (masa emas).Ruang lingkup Pendidikan Anak Usia Dini, di antaranya: bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun), kelompok bermain (3-6 tahun), dan sekolah dasar kelas awal (6-8 tahun).
Apakah itu sebuah pilihan yang buruk? Tidak. Hanya saja menimbulkan pertanyaan
soal tanggung jawab pendidikan anak. Ketika anak kita titipkan pada orang lain,
lantas apa peran kita sebagai orangtua dalam pendidikannya?Kita
mungkin bertanya-tanya "kenapa orang tua kita sangat berusaha sekali
menyekolahkan kita di saat kita masih kecil?" jawabannya adalah orang tua
kita sangatlah paham bahwa pendidikan ini sangat penting bagi kita ketika kita
sudah dewasa nanti. Di
sisi lain orang tanpa kita sadari orang tua kita juga mendidik kita di saat
kita kecil seperti contoh pada saat kita masih bayi kita di di ajari untuk
bicara yang awalnya kita masih tergugup-gugup lama kelamaan kita bisa
berbicara, dan yang kedua adalah kita di ajari bagaimana cara duduk kemudian
berjalan, tanpa kita sadari itu adalah pendidikan orang tua kita kepada kita di
waktu kecil.Pendidikan
disini berarti membantu siwanya agar lebih baik seperti mendidik akhlaknya,
perilakunya, budi pekertinya, kecerdasannya, wawasannya, dan lain-lain.
Pendidikan ini sangatlah perlu bagi seluruh anak hususnya ketika kecil. Karena
di waktu kecil otak manusia itu di ibaratkan memori card yang masih kosong dan
sangat mudah dalam menerima ilmu.Anak
akan pintar atau cerdas di saat dewasa dilihat dari bagaimana pendidikannya
yang didapat di saat kecil, apabila pendidikannya di waktu kecil saja sudah
salah bisa dipastikan ketika dewasa pun anak tersebut akan menjadi anak yang
kurang baik, beda saat anak tersebut ketika kecil di didik dengan baik dan
benar maka ketika dia sudah dewasa anak tersebut akan menjadi baik sama dengan
pendidikannya ketika di waktu kecil.Di
saat ini ada banyak macam pendidikan salah satunya melalui media online.
Pendidikan dalam media online ini tujuannya adalah agar siswa tidak repot-repot
dalam belajar. Seperti contoh siswa ingin belajar dengan hanya mengaktifkan
internet yang ada di handphone nya kemudian masuk aplikasi pendidikan
online dan melihat vidio dan enaknya lagi hal seperti itu bisa di lakukan di
mana saja bisa di cafe, di rumah temen, di rumah sendiri, dan lain-lain.Menurut
pendapat saya memang sisi positif dari pembelajaran online ini siswa bisa
belajar dimana saja dan kapan saja tetapi di sisi negatifnya salah satunya
ialah siswa akan kurang mendapat "keberkahan" dari ilmu yang mereka
dapat. Karena ilmu yang manfaat dan barokah itu adalah ilmu yang kita dapat
langsung "tatap muka" dari guru kita.Menurut
saya pendidikan langsung (disekolah) itu lebih utama dari pada pendidikan
melalui media online. Karena pendidikan secara langsung ini akan menambah
pengalaman siswa, dari pada siswa hanya dengan melihat handphone nya saja.
Manfaat pendidikan salah satunya adalah memberikan suatu hal baru kepada
peserta didik yang sebelumnya belum diketahui oleh peserta didik tersebut.
Nah sekian informasi dari aku sobat, semoga informasi
ini bermanfaat bagi kalian semua dan jangan lupa kunjungi website kami yak:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar